Teks Khotbah Jumat: Sebuah Renungan di Musim Hujan
Khotbah pertama
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى
فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Ma’asyiral Muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Saat seorang mukmin melihat kembali dan merenungi penciptaan makhluk yang ada dan alam semesta ini, serta bagaimana rumitnya semua pengaturannya, tak dapat dipungkiri lagi kesemuanya itu merupakan bukti akan keberadaan Allah Ta’ala, kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, dan hikmah-Nya yang tak dapat digambarkan oleh lisan kita. Segala sesuatu yang tercipta dan ada di alam semesta ini, maka semuanya adalah bukti adanya Sang Pencipta Yang Mahakuasa, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS. Al-Imran: 190)
Apa yang kita rasakan hari-hari ini dari nikmat turunnya hujan, terpenuhinya sungai-sungai dengan air yang mengalir, terpenuhinya danau-danau dan penampungan air dengan air yang melimpah, kesemuanya itu adalah bukti tak terbantahkan akan keberadaan Allah Ta’ala dan kesemuanya itu merupakan kenikmatan dari Allah yang wajib kita syukuri.
Jemaah yang semoga senantiasa dalam lindungan Allah Ta’ala,
Apa yang terjadi sebelum turunnya hujan dari pendahuluan-pendahuluan, seperti guntur dan kilat yang ditakuti namun juga didambakan, sesungguhnya semuanya itu menunjukkan betapa kasih sayang Allah ini menyeluruh dan mencakup seluruh makhluk, menunjukkan juga bahwa ilmu-Nya itu meliputi segala sesuatu, sebagaimana Allah Ta’ala hidupkan bumi yang mati dengan turunnya hujan maka Allah juga mampu menghidupkan kembali manusia setelah kematiannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.” (QS. Ar-Rum: 24)
Baca Juga: Benarkah Air Hujan Bisa Digunakan untuk Berobat?
Bahkan, dalam peristiwa turunnya hujan di sebuah daerah dan tertahannya dari daerah yang lain terdapat pelajaran untuk mereka yang benar-benar berakal, dan menjadi pengingat bagi mereka yang bermaksiat dan berbuat dosa terhadap Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا * لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا * وَلَقَدْ صَرَّفْنٰهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوْاۖ فَاَبٰىٓ اَكْثَرُ النَّاسِ اِلَّا كُفُوْرًا
“Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak. Dan sungguh, Kami telah mempergilirkan (hujan) itu di antara mereka agar mereka mengambil pelajaran; tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat).” (QS. Al-Furqan: 48-50)
Allah Ta’ala adalah satu-satunya Zat yang mampu menurunkan dan menahan air hujan. Tidak ada satu pun dari makhluk yang bisa melakukannya dan mempersekutukan-Nya suatu apa pun dalam hal ini. Sayangnya, ada sebagian muslim yang terkadang terjatuh dalam kesalahan fatal saat menisbatkan turunnya hujan ini kepada selain Allah Ta’ala, baik itu menisbatkannya kepada bintang-bintang, tekanan udara atau bahkan menisbatkan turunnya hujan kepada ritual-ritual pemanggil hujan yang tersebar di beberapa penjuru dunia.
Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala, seorang mukmin harus berhati-hati dan menjaga ucapannya, sehingga ia tidak mudah terjatuh ke dalam kesyirikan pada hal-hal semacam ini. Dalam sebuah riwayat dari Zaid bin Khalid Al-Juhany radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita,
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ فِي إِثْرِ السَّمَاءِ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ:«هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟».قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:«قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ»
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami kami pada salat subuh di Hudaibiyah setelah semalam turun hujan. Ketika selesai melaksanakan salat, beliau balik menghadap kepada manusia (jemaah). Kemudian beliau bersabda, ‘Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Rabb kalian?’ Mereka berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’. Beliau bersabda, ‘(Allah berfirman) Di pagi ini ada hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Orang yang berkata, ‘Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya’, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, ‘Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu’, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.’” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71)
أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.
Baca Juga: Larangan Mencela Hujan dan Angin
Khotbah kedua
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.
Maasyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta’ala,
Saat hujan ini turun membasahi muka bumi ini, ada beberapa sunah yang diajarkan Nabi kita, panutan kita shallallahu ‘alaihi wasallam, untuk kita amalkan, di antaranya:
Pertama, membaca doa ketika turun hujan.
Doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah,
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.”
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ: اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
”Nabi shallallahu ’alaihi wasallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ‘Allahumma shoyyiban nafi’an’ [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].” (HR. Bukhari no. 1032)
Kedua, saat hujan telah reda, maka mengucapkan,
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
“Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.”
Hal ini sesuai dengan hadis salat subuh Nabi di Hudaibiyyah yang sudah kita bacakan tadi.
Ketiga, saat hujan turun begitu lebatnya dan kita khawatir akan bahayanya, disunahkan untuk membaca,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari no. 1013)
Keempat, memperbanyak doa tatkala hujan sedang turun, karena Nabi shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda,
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ
“Dua doa yang tidak akan ditolak: doa ketika azan dan doa ketika ketika hujan turun.” (HR. At-Thabrani 6: 135 no. 5756 dan Al-Hakim no. 2534; dihasankan oleh Syekh Albani dalam kitabnya Shahih Al-Jami’, no. 3078)
Kelima, ngalap berkah, mengambil berkah dari hujan yang sedang turun. Mengapa?
Karena Allah Ta’ala menyebut hujan sebagai sesuatu yang diberkahi,
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ
“Kami turunkan dari langit air yang berkah (banyak manfaatnya), lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaf: 9)
Dan ini termasuk salah satu ngalap berkah yang diperbolehkan oleh syariat. Caranya dengan menghujankan sebagian anggota tubuh kita saat hujan sedang turun. Hal ini diperbolehkan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melakukannya. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
“Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyingkap bajunya, lalu beliau guyurkan badannya dengan hujan. Kami pun bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa anda melakukan demikian?” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى
“Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.” (HR. Muslim no. 898)
An-Nawawi rahimahullah menjelaskan,
ومعناه أَنَّ الْمَطَرَ رَحْمَةٌ وَهِيَ قَرِيبَةُ الْعَهْدِ بِخَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى لَهَا فَيُتَبَرَّكُ بِهَا
“Makna hadis ini adalah hujan itu rahmat. Rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertabaruk (mengambil berkah) darinya.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 195)
Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala, manfaatkanlah momentum musim hujan ini untuk memperbanyak syukur kita kepada Allah Ta’ala. Perbanyaklah berdoa di dalamnya. Semoga hujan yang turun kepada kita adalah hujan yang membawa keberkahan dan manfaat untuk kita, bukan hujan yang membinasakan dan menimbulkan kesengsaraan.
Ya Allah, sebagaimana Engkau hujani bumi pertiwi ini dengan hujan, hujanilah hati kami dengan keimanan dan ketakwaan.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Baca Juga:
***
Penulis: Muhammad Idris, Lc.
Artikel asli: https://muslim.or.id/79454-teks-khotbah-jumat-sebuah-renungan-di-musim-hujan.html